10 April, 2011

HAKEKAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

HAKEKAT KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan persoalan yang kompleks, menyangkut semua komponen yang terkandung di dalamnya. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan Alqur’an dan As- sunnah selain mempunyai tujuan keilmuan, juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan adanya suatu program yang terencana dan dapat menghantar proses pendidikan sampai pada tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan, sampai penilaian, dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah kurikulum pendidikan.
Satu hal yang paling penting dalam masalah pendidikan formal adalah pengaturan kurikulum. Karena kurikulumlah yang dijadikan sebagai acuan bagi berjalannya proses pendidikan. Bahkan termasuk sebagai acuan bagi evaluasi berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan guru/ sekolah.
Dalam sistem Pendidikan Islam, tentu kurikulum pendidikan wajib berlandaskan akidah Islam. Seluruh materi pelajaran dan metode pengajaran dalam pendidikan disusun agar tidak menyimpang dari landasan tersebut. Penyusunan kurikulum diatur sedemikian rupa, sehingga benar-benar bisa membentuk kepribadian Islam yang sempurna pada peserta didik. Mereka bukan hanya menguasai sainstek, cerdas secara intelektual saja, tetapi juga memahami hakekat diadakannya proses pendidikan itu sendiri.
Secara struktural, kurikulum pendidikan Islam formal dijabarkan dalam tiga komponen materi pendidikan utama yang sekaligus menjadi karakteristik, yaitu (1) pembentukan kepribadian islami), (2)Tsaqafah Islam, dan (3) Ilmu kehidupan (IPTEK, keahlian, dan ketrampilan).
Selain muatan penunjang proses pembentukan kepribadian islam yang secara terus menerus memberiannya untuk semua tingkat, muatan tsaqafah islam dan Ilmu terapan/ilmu kehidupan diberikan secara bertingkat sesuai dengan daya serap dan tingkat kemampuan anak didik berdasarkan jenjang pendidikannya masing-masing.
Pada tingkat dasar, penyusunan struktur kurikulum sedapat mungkin bersifat mendasar, umum, terpadu, dan merata bagi semua anak didik yang mengikutinya. Yang termasuk dalam materi dasar ini antara lain:
1. Pengenalan Al Quran dari segi bacaan dan hafalannya
2. Prinsip-prinsip agama,
3. membaca
4. menulis dan menghitung
5. Prinsip-prinsip bahasa Arab,
6. menulis halus,
7. sirah rasul dan khulafa-u Rasyidin
8. latihan berenang dan menunggang kuda
Beberapa sandaran bagi pemberian materi pelajaran tersebut adalah:
“Yang paling baik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)
“Sesungguhnya shalat mencegah dari keburukan dan kemungkaran, dan sesungguhnya menyebut Allah itu adalah paling besar” (QS. Al Ankabut:45)
“Sebaik-baiknya kalian adalah yang terbaik akhlaq budi pekertinya” (HR. Bukhari-Muslim)
“Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya dan sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap isterinya” (HR. Turmudzi)
Khalifah Umar bin Khattab dalam wasiat yang dikirimkan kepada gubernur-gubernurnya menuliskan: “Sesudah itu, ajarkanlah kepada anak-anakmu berenang dan menunggang kuda, dan ceritakan kepada mereka adab sopan santun dan syair-syair yang baik”
Khalifah Hisyam bin Abdul malik mewasiatkan kepada Sulaiman Al Kalby, guru anaknya: “Sesungguhnya anakku ini adalah cahaya mataku, saya percayakan padamu mengajarnya. Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan tunaikanlah amanah. Dan yang pertama-tama saya wasiatkan kepadamu adalah agar engkau mengajarkan kepadanya Al Quran, kemudian hafalkan kepadanya Al Quran,…”
Kurikulum yang ada haruslah memusat, artinya tidak ada perbedaan antara satu daerah dengan yang lainnya. Meskipun secara potensi lokal masing-masing daerah memiliki perbedaan, tapi kualitas sumber daya manusianya haruslah sama. Ini tidak berarti mengebiri kreatifitas daerah. Karena berbicara proses, kreatifitas guru dan sekolah untuk memberikan kemampuan terbaiknya bagi peserta didik masih tetap terbuka lebar.

II. PERMASALAHAN
1. Apakah kurikulum itu?
2. Bagaimanakah sejarah tentang kurikulum dan ciri dari Kurikulum Pendidikan Islam itu sendiri?
3. Ada berapakah kelompok/klaster dalam kurikulum pendidikan?
4. Apakah hakikat Kurikulum Pendidikan Islam dan dasar - dasarnya?
5. Bagaimanakah Orientasi/pengenalan Kurikulum Pendidikan Islam secara umum?
6. Apakah isi dari Kurikulum Pendidikan Islam?
III. PEMBAHASAN
1. Apakah kurikulum itu?
Kurikulum menurut Ali Muhammad al- Khawli adalah manhaj. Curriculum adalah seperangakat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Sedangkan menurut Muhammad Omar Kurikulum Pendidikan Islam dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka. Selain itu kurikulum juga dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketiga pengertian ini merupakan konsep dasar dari kurikulum pendidikan yang mempunyai tujuan pendidikan yang sama.
Kurikulum dapat juga diartikan menurut fungsinya ;
a. Kurikulum sebagai program studi
Artinya, kurikulum sebagai perangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta didik.
b. Kurikulum sebagai konten
Artinya, kurikulum adalah sebagai data atau informasi yang tertera dalam buku- buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain yang memungkinkan timbulnya belajar.
c. Kurikulum sebagai kegiatan terencana.
Artinya, kurikulum adalah merupakan kegiatan yang direncanakan tentang hal- hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.
d. Kurikulum sebagai hasil belajar.
Artinya, kurikulum sebagai seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa menspesifikasi atau menjelaskan secara terperinci cara- cara yang dituju untuk memperoleh hasil tersebut, atau seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan.
e. Kurikulum sebagai reproduksi cultural.
Artinya, kurikulum sebagai transfer dan refleksi butuir- butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak- anak generasi muda masyarakat tersebut.
f. Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Artinya, kurikulum sebagai keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan di bawah pimpinan sekolah.
g. Kurikulum sebagai produksi.
Artinya, kurikulum sebagai seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.
2. Bagaimanakah sejarah kurikulum dan ciri dari Kurikulum Pendidikan Islam?
Tinjauan histories dalam Kurikulum Pendidikan Islam dibagi menajdi 3, yaitu :
A. Kurikulum Pada Masa Klasik
Masa Nabi S.A.W dan masa sahabat dapat dikategorikan ke dalam masa klasik. Materi pada masa ini tidak terlepas dari masalah pembinaan dan pemantauan umat serta pembinaan kerukunan sesama umat.
Lembaga pendidikannya adalah berupa majelis- majelis pengajaran dan masjid- masjid tempat Nabi dan sahabatnya menyampaikan dakwahnya. Pada masa ini belum didirikan lembaga pendidikan secara formal.
B. Kurikulum pada Masa Pertengahan
Masa pertengahan ini dapat dikatakan sebagai masa kemajuan dan masa kemunduran. Masa keemasan bisa dilihat pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, khususnya pada masa pemerintahan Khalifah al-Rasyid. Pada masa ini banyak didirikan lembaga- lembaga pendidikan, baik untuk anak – anak maupun orang dewasa. Ilmu- ilmu yang diajarkan disesuaikan dengan jenjang pendidikan anak dari pemberian mata pelajaran dan pengaturan waktu untuk belajar. Pada masa ini jenjang pendidikan ini dimulai dari al-kuttab ( sekolah tingkat rendah) untuk anak- anak lama pendidikannya kugrang lebih lima tahun. Kemudian dilanjutkan pada jenjang pendidikan menengah dan jenjang pendidikan perguruan tinggi. Pada jenjang Perguruan Tinggi ada beberapa jurusan antara lain: ilmu agama dan kasusastraan.
Masa kemunduran dalam pendidikan islam di pengaruhi dari meletusnya perang salib yang menyebabkan banyaknya ulama’ meninggal dunia dan musnahnya ribuan bahkan jutaan kitab seiring dengan musnahnya beberapa perpustakaan Islam saat itu.
C. Kurikulum pada Masa Modern
Pada masa ini Kurikulum tetap mengikuti prinsip- prinsip yang berlaku dalam memilih dalam suatu bentuk kurikulum tertentu. Diantara prinsip- prinsip tersebut adalah ;
Pertama, suatu kurikulum selain dapat memberikan nilai keilmuan yang murni seharusnya juga dapat memberikan tuntunan terhadap anak didik agar ia mampu memanfaatkan ilmunya sesuai bakat dan keahliannya.
Kedua, seharusnya kurikulum pendidikan islam dapat mengintregasikan ilmu yang berkaitan dengan keduniaan dan ajaran islam.
3. Ada berapakah Klaster/ Kelompok dalam Pendidikan Islam?
Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam pendidikan dan kurikulum sendiri juga merupakan system yang mempunyai komponen – komponen tertentu . komponen tersebut paling tidak mencakup tujuan, struktur program, strategi pelaksanaan yang menyangkut system penyajian pelajaran, penilaian hasil belajar. Namun , komponen- komponen tersebut belum memadai sebagai komponen kurikulum pendidikan. Maka dari itu kurikulum pendidikan setidak – tidaknya mencakup empat kelompok/ klaster pokok, yaitu
a. Klaster komponen dasar; mencakup konsep dasar tujuan dalam kurikulum pendidikan, prinsip- prinsip kurikulum yang dianut, pola organisasi kurikulum, criteria keberhasilan, orientasi pendidikan dan sisten evaluasi.
b. Klaster komponen pelaksana; mencakup materi pendidikan, system penjejangan, system penyampaian, proses pelakcsanaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
c. Klaster komponen pelaksana dan pendukung kurikulum ; mencakup pendidik, peserta didik, bimbingan konseling, administrasi pendidikan, sarana – prasarana dan biaya pendidikan.
d. Klaster komponen usaha – usaha pengembangan ; yakni usaha- usaha pengembangan terhadap ketiga klaster tersebut, dengan berbagai komponen yang tercakup di dalamnya.
Pada keempat komponen ini hanya akan dibahas dua klaster komponen saja yaitu klaster komponen dasar dan klaster komponen pelaksana.
4. Apakah hakikat Kurikulum Pendidikan Islam Dan Dasar - Dasarnya?
Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam berdasarkan pengertian atau definisinya adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk- bentuk bahan pendidikan , saran – saran strategi belajar mengajar dan hal – hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.
Dasar kurikulum adalah kekuatan – kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan atau organisasi kurikulum dengan kata lain dasar kurikulum disebut juga sumber kurikulum atau determinan kurikulum (penentu)
Al-Syaibani menetapkan empat dasar pokok dalam Kurikulum Pendidikan Islam, yaitu :
A. Dasar Religius/Agama
Kurikulum Pendidikan Islam yang diterapkan berdasarkan nilai- nilai Ilahi sehingga dengan adanya dasar ini kurikulum diharapkan bisa menolong sisiwa untuk membina iman yang kuat, teguh terhadap ajaran agama, berahlaq mulia dan melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
Sebagaimana sabda Nabi S.A.W yang artinya “sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kamu, yang jika kamu berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan tersesat selama- lamanya, yakni kitabullah dan sunnah Nabi-Nya” (HR. Hakim )
B. Dasar Filosofis
Dasar ini memberikan arah tujuan Pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, kurikulum mengandung suatu kebenaran, terutama kebenaran di bidang nilai- nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran.
Dengan dasar filosofis ini akan membawa rumusan kurikulum pendidikan dalam tiga dimensi/ukuran:
a. Dimensi Ontologis
Dimensi ini adalah suatu dimensi yang mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi kesempatan bagi peserta didik untuk berhubungan langsung dengan fisik objek – objek riil.
Hasil dari dimensi ini adalah Verbal Learning (Belajar Verbal) yaitu kemampuan memperoleh data dan informasi yang harus dipelajari dan dihafalkan.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 31 yang artinya “ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama- nama ( benda ) seluruhnya kemudian mengemukakan kepada para malaikat, lalu Allah berfirman : sebutkanlah kepada- Ku nama- nama benda itu jika kamu memang orang – orang yang benar”.
b. Dimensi Epistimologis
Dimensi ini adalah suatu perwujudan bahwa kurikulum yang valid harus berdasarkan metode ilmiah yang sifatnya mengajar berfikir secara menyeluruh ( universal ), reflektif dan kritis.
c. Dimensi Aksiologis
Dimensi ini mengarahkan pembentukan kurikulum yang dirancang sedemikian rupa agar memberikan kepuasan pada diri peserta didik dan pengguna out put pendidikan. Dan tujuan dari tiga dimensi ini adalah membentuk insan yang kamil, insan yang kaffah dan insan yang sadar akan hak dan kewajibannya
C. Dasar Psikologis
Dasar ini mempertimbangkan tahapan kejiwaan peserta didik, yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, intelektual, bahasa, emosi dan lain- lain. Sehingga dengan dasar ini kurikulum bisa memberikan peluang belajar bagi anak dan bagaimana belajar itu berlangsung, serta dalam keadaan bagaimana anak itu bisa memberikan hasil yang sebaik- baiknya.
D. Dasar Sosiologis
Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan terhadap siswa, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan dan kemahiran yang akan menambah produktifitas dan keikutsertaan mereka dalam membina umat dan bangsanya.
5. Bagaimanakah Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam secara umum?
Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima, yaitu :
a. Orientasi Pelestarian Nilai- Nilai
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah atau nilai Ilahiah dan nilai insaniah yaitu nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban manusia. Dari kedua nilai ini akan membentuk norma – norma atau kaidah – kaidah kehidupan yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya.
b. Orientasi pada Kebutuhan Sosial
Orientasi kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan social dan kebutuhannya, sehingga out put di lembaga pendidikan mampu menjawab masalah- masalah yang dihadapi masyarakat.
c. Orientasi pada Tenaga Kerja
Manusia sebagai makhluk biologis yang memiliki unsur mekanisme jasmaniah yang membutuhkan kebutuhan – kebutuhan lahiriah. Maka dari itu kurikulum pendidikan diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan kerja. Setelah lulus dari lembaga sekolah peserta didik diharapkan memiliki kemampuan dan ketrampilan yang profesional, produktif, kreatif, dan inovatif sehingga mampu mendayagunakan sumber daya alam secara positif.
d. Orientasi pada Peserta Didik
Kurikulum ini diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.
e. Orientasi pada masa depan Perkembangan Iptek
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta produk- produk yang dihasilkannya. Dengan adanya kemajuan iptek ini tuntutan kita adalah membuat dan mengimplikasikan kurikulum pendidikan yang selaras dengan kemajuan iptek, sehingga produk yang di hasilkan bukan hanya membentuk insan yang bertaqwa kepada Allah saja, akan tetapi bisa mengahasilkan sarjana - sarjana tehnologi yang bertaqwa.
6. Apakah isi dari Kurikulum Pendidikan Islam?
Kurikulum meiliki 5 komponen utama, yaitu:
a. Kurikulum memiliki tujuan;
b. materi;
c. strategi pembelajaran;
d. organisasi kurikulum dan
e. evaluasi.
Finc dan Crunkitton menyatakan bahwa ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam perumusan isi kurikulum pendidikan, yaitu :
a. waktu dan biaya yang tersedia.
b. Tekanan internal dan eksternal.
c. Persyaratan tentang isi kurikulum dari pusat maupun daerah.
d. Tingkat dari isi kurikulum yang akan disajikan.
Dalam penyusunannya materi materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:
1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Disamping itu, isi kurikulum harus memenuhi criteria- criteria penyampaiannya, misalnya adanya hubungan dengan kebutuhan social, kurikulum juga disesuaikan dengan minat dan mengikuti perkembangan manusia serta melihat struktur disiplin ilmu yang disepakati.
Untuk menentukan isi Kurikulum Pendidikan Islam dibutuhkan syarat yang perlu diajukan dalam perumusannya, yaitu;
A. Materi yang tersusun tidak menyalahi fitrah manusia.
B. Adanya Relevansi Dengan Tujuan Pendidikan Islam.
C. Sesuaikan dengan tingkat perkembangan dan usia peserta didik.
D. Perlunya membawa anak didik kepada objek empiris, praktik langsung, dan mempunyai fungsi pragmatis. Sehingga mereka mempunyai ketrampilan- ketrampilan yang riil.
E. Penyusunan kurikulum yang bersifat integral, terorganisir dan terlepas dari segala kontradiksi antara materi satu dengan materi yang lain.
F. Materi yang disusun mempunyai relevansi dengan masalah- masalah yang mutakhir, yang sedang dibicarakan dan relevan dengan tujuan negara setempat.
G. Adanya metode yang mampu menghantar tercapainya materi pelajaran dengan memperhatikan perbedaan masing- masing individu.
H. Materi yang disusun mempunyai relevansi dengan tingkat perkembangan peserta didik.
I. Memperhatikan aspek - aspek sosial
J. Materi yang disusun mempunyai pengaruh positif terhadap peserta didik
K. Memperhatikan kepuasan pembawaan fitrah, seperti memberikan waktu istirahat dan refresing untuk menikmati suatu kesenian.
L. Adanya ilmu alat untuk mempelajari ilmu- ilmu lain.
Setelah syarat - syarat itu dipenuhi, disusunlah isi Kurikulum Pendidikan Islam, sebagaimana yang dikutip oleh al- Abrasyi, bahwa Kurikulum Pendidikan Islam terbagi dalam dua tingkatan, yaitu :
1. Tingkatan pemula (manhaj ibtida’i)
Materi kurikulum pemula difokuskan pada pembalajaran Al- Qur’an dan As-Sunnah.
2. Tingkatan atas (manhaj ‘ali)
Kurikulum tingkat ini mempunyai dua kualifikasi, yaitu : ilmu- ilmu yang berkaitan dengan dzatnya sendiri , seperti ilmu syari’ah yang mencakup fiqh, tafsir, hadits, ilmu kalam dan ilmu- ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu lain, dan bukan berkaitan dengan dzatnya sendiri, seperti, ilmu bahasa, matematika, mantiq (logika).
Al- Ghazali membagi isi Kurikulum Pendidikan Islam dengan empat kelompok dengan mempertimbangkan jenis dan kebutuhan ilmu itu sendiri, yaitu : 1). ilmu- ilmu Al-Qur’an dan ilmu- ilmu agama, misalnya fiqh, tafsir dan sebagainya, 2). ilmu bahasa sebagai alat untuk mempelajari ilmu Al- qur’an dan ilmu agama. 3). ilmu- ilmu yang fardlu kifayah, seperti matematika, kedokteran, industri, pertanian dan lain – lain. 4). ilmu- ilmu beberapa cabang ilmu filsafat.
Sedangkan Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir mengambil isi Kurikulum Pendidikan Islam yang berpijak pada QS. Fushshilat ayat 53 yang artinya : “ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda- tanda ( kekuasaan) kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri (anfus), sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al- Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”
Dengan ayat ini terkandung tiga isi Kurikulum Pendidikan Islam, yaitu:
1. Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”
Ilmu ini meliputi ilmu kalam, fiqh, akhlaq/ tasawuf ilmu-ilmu tentang Al- qur’an dan lain- lain.
2. Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusiaan”.
Ilmu ini berkaitan dengan dengan perilaku manusia, baik sebagai makhluk individu maupun social, berbudaya dan berakal.
Ilmu ini meliputi ilmu sejarah, politik, bahasa, filsafat, psikologi dan lain- lain.
3. Isi kurikulum yang berorientasi pada“ kealaman”.
Ilmu ini berkaitan dengan alam semesta, seperti : ilmu fisika , kimia, pertanian, perikanan, biologi danlain- lain.
IV. KESIMPULAN
1. Kurikulum adalah manhaj/curriculum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar Lembaga Pendidikan dalam mewujudkan Tujuan Pendidikan yang diinginkan.
2. Berdasar pada tinjauan historis ditemukan bahwa Kurikulum Pendidikan Islam dibagi menjadi 3, yaitu : a). Kurikulum pada masa klasik, b). Kurikulum pada masa pertengahan. c). Kurikulum pada masa modern. Kurikulum pendidikan mencakup empat kelompok/ klaster pokok, yaitu: a). Klaster komponen dasar, b). Klaster komponen pelaksana, c). Klaster komponen pelaksana dan pendukung kurikulum, d). Klaster komponen usaha – usaha pengembangan
3. Hakikat Kurikulum Pendidikan Islam berdasarkan pengertian atau definisinya adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk- bentuk bahan pendidikan, saran – saran strategi belajar mengajar dan hal – hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan
4. Empat Dasar dalam Kurikulum Pendidikan Islam, yaitu: a). Dasar Religius/Agama, b). Dasar Filosofis, c). Dasar Psikologis, d). Dasar Sosiologis
5. Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi lima, yaitu: 1). Orientasi pelestarian nilai- nilai, 2). Orientasi pada kebutuhan social, 3). Orientasi pada tenaga kerja, 4). Orientasi pada peserta didik, 5). Orientasi pada masa depan perkembangan Iptek
6. Kurikulum Pendidikan Islam, berisi konten tentang: a). Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”, b). Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusiaan”, c). Isi kurikulum yang berorientasi pada “ kealaman” dan harus memiliki 5 (lima) komponen utama, yaitu: a). Kurikulum memiliki tujuan; b). materi; c). strategi pembelajaran; d). organisasi kurikulum dan e). evaluasi.

V. REKOMENDASI
Berbicara tentang kurikulum adalah berbicara tentang kontens dan struktur keilmuan dalam pendidikan. Kurikulum sebagai komponen utama harus mendapat aksentuasi yang mendalam bagi setiap pengembang dan praktisi di setiap satuan pendidikan. Kurikulum pendidikan Islam, seperti yang diinginkan para pakar dan ahli pendidikan Islam, harus dibangun dari formulasi pemahaman terhadap wahyu ilahiyah dan realitas empirik yang mewadahinya (kauniyah).
Kurikulum pendidikan Islam diarahkan bagaimana menyiapkan lulusan yang memiliki karakter dan jiwa yang utuh. Selain itu, mereka juga punya ketrampilan dan keahlian yang handal yang dibutuhkan untuk hidup dan kehidupan ini. Dalam konteks seperti saat ini, kurikulum pendidikan Islam diorientasikan secara adaptif dan benar-benar nyata untuk memberikan perlawanan terhadap dekadensi moral, kemerosotan spiritual dan rendahnya mutu pengetahuan serta kemampuan (skill).
Kurikulum pendidikan Islam memiliki misi untuk menjabarkan pesan kitab suci dan sunnah Nabi agar dapat membenahi kualitas hidup manusia ke arah lebih baik. Suatu misi (risalah) kemanusiaan yang sangat mulia dalam rangka membentuk sikap mental lulusan yang berperadaban dan menjunjung tinggi nilai insani.
Sesuai dengan konteks Indonesia, pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh budaya, ideologi dan cara keberagamaan yang kuat. Oleh karenanya, kurikulum pendidikan Islam diformat yang mampu menyentuh sesuatu yang substansial seperti yang dikehendaki oleh nilai-nilai budaya, ideologi dan tingkat keberagamaan yang terdapat dalam bangsa ini. Kontekstualisasi kurikulum pendidikan Islam diharapkan memberikan kontribusi yang positif terhadap prilaku peserta didik, terutama pembetukan budi pekerti, kesadaran spiritualitas keagamaan, serta kematangan intelektual dan profesional.
Secara keseluruhan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, merupakan jabaran dari kurikulum yang hakikatnya tidak ada yang terpisah dari konteks ajaran wahyu dan sunnah. Kalau pendidikan Islam hanya mengajarkan masalah ubudiyah saja, maka akan melahirkan kesalehan pribadi saja. Sedang tujuan pendidikan Islam tidak menghendaki seperti itu.
Kurikulum pendidikan Islam harus dibangun secara integral antara dimensi kewahyuan, dimensi kealaman dan dimensi sosial kemanusiaan. Melalui integralisasi dimensi-dimensi tersebut, kurikulum pendidikan Islam dimaksudkan untuk memecahkan problematika dalam dunia pendidikan (Islam). Secara filosofis, tingkat kemajuan hidup manusia sangat ditentukan oleh rekayasa pendidikan yang berbasis kurikulum unggul, maju dan integral. Atas dasar itulah kurikulum pendidikan Islam tidak boleh mengalami stagnasi inovasi dan memikirkan masa depan yang akan berkembang.
Kurikulum Pendidikan Islam harus menjadi kekuatan (power) yang ampuh untuk menghadapi wacana kehidupan yang lebih krusial. Ketika globalisasi menjadi bagian dari kehidupan manusia, persoalan-persoalan baru muncul dengan aneka ragam bentuknya. Tantangan semacam ini harus direspons secara apresiatif agar kurikulum pendidikan Islam tidak dikatakan sebagai out of date (ketinggalan zaman).
Refleksi pemikiran dan rumusan kurikulum pendidikan Islam harus bernafaskan kekinian (up to date). Dalam kaca mata historis memang boleh melihat masa lalu sebagai pelajaran (ibrah), tetapi jangan sampai lupa menaruh perhatian masa kini dan mendatang sebagai modal untuk melakukan improvisasi dan perubahan yang mendasar.
Supaya pendidikan Islam tidak jatuh ke lubang kehancuran, maka proses improvisasi kurikulum harus dilakukan adaptasi dan kontekstualisasi secara terus-menerus. Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum pendidikan Islam jangan pernah berhenti, jika memang ingin menjaga kepercayaan (amanat) dan menegakkan kemajuan masyarakat.
Kurikulum pendidikan Islam harus mencari terobosan baru yang sesuai dengan nafas pola hidup umat manusia yang menitik beratkan nilai kemajuan dan terbebas dari kebodohan dan kemiskinan. Sebab secara substantif, antara kebodohan dan kemiskinan itu merupakan dua sifat manusia yang mengkristal dan menjadi lawan nyata bagi dunia pendidikan pada umumnya.




VI. PENUTUP
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan hidayahnya, terima kasih kepada teman - teman anggota kelompok yang telah membantu dalam terbuatnya makalah ini, pada teman - teman kelas yang selalu memberikan kritikan yang bersifat membangun, semoga kami bisa menjadi yang terbaik dalam membuat makalah dan dalam mengaplikasikan pada kehidupan kami, terima kasih sekali kepada bapak DR. H.M. Suyudi, M.Ag yang telah dengan sabar membimbing kami, dan semoga Ridlo dan kesabaran bapak selalu menyertai kami.
Kritik dan saran konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.














DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ali al- Kahwli, Qomus Tarbiyah, English- Arab, ( Beirut:Dar al’Ilm al- maliyyin,tt)
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hassan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang,1984
Zakiyah Daradjat, dkk.Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996,Cet. Ke-3
Mujib Abdul, Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2006
Arief Armay, Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta, Ciputat Pers, 2002
Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, Bandung, Remaja Karya
Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, Sebuah Telaah Komponen Dasar Kurikulum, Solo, Romodhoni, 1991
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hassan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang,1979, hal 523-532
Siswanto, Kurikulum Pendidikan Teknik, Jakarta, Dirjen PT-PPLPTK Depdikbud,1989, Hal 24. Muhammad Ansyar
Abd al- Rahman al- Nahlawi, Ushul al- Tarbiyah al- Islamiyah wa Asalibuha, Beirut, Dar al- Fikri, 1979, Hal 177-179. Muhammad Athiyah al- Abrasy, Dasar- dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustamy A. Ghani, Jakarta, Bulan Bintang,1987
Muhammad Athiyah al-Abrasy, Tarbiyah Islamiyah wa falasifuha, Kairo al- Habibi, 1969
Fathiyah Hasan Sulaiman, al- Madzhab Tarbiyah ‘inda al- Ghazali, kairo, Maktabah Mishriyah, 1964